jatenggayengnews.com – Beberapa daerah di Indonesia masih menghadapi bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem, seperti banjir, angin kencang, dan tanah longsor. Di sisi lain, kebakaran hutan dan lahan (karhutla) juga terjadi di sejumlah wilayah.
Karhutla tercatat terjadi di 13 kabupaten dan kota di Provinsi Kalimantan Tengah, di antaranya Barito Selatan, Barito Timur, Barito Utara, Gunung Mas, Kapuas, Katingan, Palangkaraya, Kotawaringin Barat, Kotawaringin Timur, Lamandau, Murung Raya, Pulang Pisau, Seruyan, dan Sukamara. Berdasarkan data kaji cepat per 9 Maret 2025, total lahan gambut yang terbakar mencapai 21,92 hektar. Beberapa wilayah terdampak masih melaporkan api yang belum padam, dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Kalimantan Tengah terus melakukan penanganan.
Sementara itu, bencana hidrometeorologi basah juga terjadi dalam dua hari terakhir, seperti peristiwa hujan disertai angin kencang yang melanda Kabupaten Wonosobo. Kejadian ini terjadi pada Minggu, 9 Maret 2025, sekitar pukul 13.00 WIB, tepatnya di Desa Pagerejo, Kecamatan Kertek. Sebanyak 17 Kepala Keluarga (KK) terdampak, dengan satu rumah rusak berat, 16 rumah rusak ringan, serta satu fasilitas pendidikan yang juga terdampak. BPBD Kabupaten Wonosobo langsung turun ke lokasi untuk melakukan asesmen dan kaji cepat.
Di Provinsi Sumatra Utara, banjir melanda 17 desa di lima kecamatan di Kabupaten Nias Barat, yang mengakibatkan 1.632 jiwa terdampak. Banjir ini juga menyebabkan kerusakan material, seperti 55 unit rumah yang terdampak, robohnya satu unit jembatan di Desa Tuwuna, serta 33 hektare lahan pertanian yang gagal panen. Selain itu, 200 meter jalan penghubung desa juga mengalami kerusakan.
Di Provinsi Gorontalo, hujan lebat menyebabkan banjir kembali melanda Kabupaten Pohuwato pada Sabtu, 8 Maret 2025. Banjir merendam 10 desa di Kecamatan Marisa, Buntulia, Taluditi, Popayato, dan Patilanggio, serta menggenangi 719 rumah. Tanggul di dua titik, yakni Desa Sukamakmur dan Desa Dulomo, jebol akibat banjir. BPBD Pohuwato mencatat sebanyak 2.546 jiwa terdampak, dan meskipun banjir mulai surut pada 11 Maret, warga diminta tetap waspada terhadap kemungkinan kenaikan air. Pemkab setempat menetapkan status tanggap darurat banjir selama 14 hari, mulai 9 hingga 22 Maret 2025.
Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengimbau pemerintah daerah dan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi bencana susulan, terutama banjir. Masyarakat diharapkan mengikuti informasi resmi dari pemerintah, seperti BNPB dan BPBD, serta mempersiapkan rencana kesiapsiagaan keluarga, termasuk tas siaga bencana yang berisi obat-obatan, makanan, air, dan perlengkapan penting lainnya.