Jatenggayengnews.com-Kerajaan Kutai merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang berlokasi di wilayah Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur, Indonesia. Kerajaan ini berdiri sekitar abad ke-4 Masehi dan dikenal sebagai kerajaan bercorak Hindu-Buddha yang pertama kali muncul di wilayah Indonesia.
Pendiri kerajaan ini adalah Raja Kudungga, seorang pemimpin yang dikenal bijak dan berwibawa. Ia sukses membangun dasar pemerintahan dan memperluas kekuasaan di wilayah tersebut.
Pada masa berikutnya, tampuk kekuasaan dilanjutkan oleh keturunannya, termasuk Raja Aswawarman dan Raja Mulawarman, yang membawa Kerajaan Kutai mencapai masa kejayaannya di abad ke-5 Masehi. Prasasti peninggalan yang terkenal dari masa ini adalah Yupa, yang mencatat kemurahan hati Raja Mulawarman dalam bentuk hadiah besar kepada para Brahmana.
Meskipun mengalami kemunduran pada abad ke-5, kebangkitan kembali terjadi pada abad ke-13 di bawah nama Kerajaan Kutai Kartanegara. Dinasti baru ini menjadikan Kutai sebagai salah satu kerajaan paling berpengaruh di Kalimantan. Namun pada abad ke-16, Kutai mulai menghadapi tekanan dari kekuatan luar seperti Kerajaan Demak dan Mataram, meski tetap bertahan hingga abad ke-20.
Peninggalan Sejarah Penting:
Prasasti Mulawarman – salah satu prasasti tertua di Indonesia yang mengabadikan nama raja Kutai.
Candi Agung – peninggalan arsitektur bersejarah yang ada di wilayah Kutai Kartanegara.
Makam Raja Kudungga – situs bersejarah yang menjadi tempat peristirahatan terakhir pendiri Kerajaan Kutai.
Daftar Raja Kerajaan Kutai:
Kerajaan Kutai Martadipura (Hindu, abad ke-4 – 13):
Raja Kudungga
Raja Aswawarman
Raja Mulawarman
Raja Marawijaya
Raja Kartikeyasingha
Kerajaan Kutai Kartanegara (Islam, abad ke-13 – 20):
Aji Batara Agung Dewa Sakti
Aji Batara Agung Paduka Sultan
Aji Raja Besar
Aji Dilanggar
Aji Raja Mahkota
Aji Muhammad Muslihuddin
Aji Muhammad Salehuddin
Aji Muhammad Sulaiman
Kerajaan Kutai tidak hanya menjadi tonggak sejarah Nusantara, tetapi juga simbol kekayaan budaya dan peradaban masa lalu yang terus dijaga hingga kini.
“Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung. Di mana kita hidup dan tinggal, di situlah adat, budaya, dan sejarah kita perkenalkan ke dunia.”