Jakarta||jatenggayengnews.com – Insiden penusukan massal terjadi di Sekolah Kejuruan Seni dan Teknologi Wuxi, China, Sabtu waktu setempat. Serangan ini menyebabkan delapan orang tewas dan 17 lainnya terluka, menjadi tragedi fatal kedua setelah insiden penabrakan massal di Zhuhai, China Selatan, awal pekan lalu.
Mengutip Reuters, peristiwa ini berlangsung di Yixing, bagian dari kota Wuxi di Provinsi Jiangsu. Tersangka, seorang pria berusia 21 tahun yang merupakan mantan siswa sekolah tersebut, ditangkap di tempat kejadian.
Menurut pernyataan Biro Keamanan Publik Yixing, pelaku melakukan serangan karena tidak lulus ujian, gagal menerima sertifikat kelulusan, dan merasa tidak puas dengan kompensasi magang yang diterimanya.
Saksi mata melaporkan kekacauan saat para siswa berlarian keluar kelas sambil membawa koper mereka. Tersangka disebut masuk ke sekolah saat kegiatan belajar mengajar masih berlangsung.
“Mereka masih sangat muda, hanya 18 atau 19 tahun. Sungguh tragis dan menyedihkan,” ujar seorang pria bermarga Duan yang datang untuk meletakkan karangan bunga di gerbang sekolah.
Tragedi ini memunculkan diskusi tentang pentingnya bimbingan psikologis bagi generasi muda. “Kita benar-benar harus memberikan perhatian lebih terhadap kesehatan mental anak-anak muda,” tambahnya.
Seorang profesor Universitas Fudan, Qu, menyoroti pola umum dalam kasus serupa. Tersangka biasanya merasa kurang beruntung, memiliki masalah kesehatan mental, dan merasa diperlakukan tidak adil. “Penting untuk membangun jaring pengaman sosial dan menyediakan mekanisme konseling psikologis,” tulisnya di Weibo, platform media sosial China.
Qu juga menegaskan perlunya membuka saluran publik untuk memantau dan mengawasi penyalahgunaan kekuasaan demi meminimalkan insiden serupa.
Wuxi Vocational College adalah lembaga pendidikan yang bertujuan mempersiapkan siswa untuk bekerja di berbagai industri, seperti manufaktur kawat dan kabel, desain interior, pemasaran, dan lainnya. Sekolah ini merupakan bagian dari inisiatif pemerintah China untuk mengalihkan lebih banyak anak muda ke pelatihan kejuruan guna mengatasi tingginya pengangguran di kalangan muda.
Dilansir dari: CNBC Indonesia