Flores Timur||jatenggayengnews.com – Wakil Menteri Dalam Negeri (Wamendagri) Bima Arya Sugiarto mendampingi Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (PMK) Pratikno dalam meninjau pengungsi erupsi Gunung Lewotobi di Flores Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT). Kunjungan ini bertujuan untuk mengevaluasi kondisi logistik dan hunian sementara (huntara), serta menangani konflik sosial yang terjadi di daerah tersebut.
Dalam kesempatan itu, Bima Arya menekankan pentingnya pendekatan hati-hati dan berbasis budaya dalam menyelesaikan konflik. “Itu harus kuat sekalilah di situ. Berkali-kali Pak Menteri (Dalam Negeri) titip, jangan terburu-buru,” ujar Bima dalam Rapat Koordinasi Penanganan Bencana Erupsi di Flores Timur dan Konflik Sosial di Pulau Adonara, di Kantor Bupati Flores Timur, NTT, Minggu (24/11/2024). Ia menambahkan, keputusan yang diambil harus memiliki dasar kesepakatan budaya yang kuat agar tidak memicu ketegangan lebih lanjut. Bima juga mengusulkan pembentukan tim kerja bersama yang melibatkan tokoh adat untuk merumuskan penyelesaian konflik secara kultural.
Menko PMK Pratikno menekankan beberapa hal penting terkait penanganan pengungsi. Ia mengatakan, “Pelayanan dan bantuan kepada pengungsi harus terus dilanjutkan, baik untuk pengungsi terpusat maupun pengungsi mandiri. Selain itu, pembangunan hunian sementara harus segera dipercepat.” Ia juga menambahkan bahwa pembangunan hunian tidak hanya sekadar membangun rumah, tetapi juga menciptakan lingkungan yang lebih baik secara fisik serta menyediakan layanan kesehatan, pendidikan, dan sosial.
Kepala BNPB Suharyanto yang turut hadir dalam acara tersebut mengungkapkan bahwa kondisi pengungsian semakin membaik. “Setelah hari ini kami dapat laporan bahwa pengungsian terpusat itu tidak ada penambahan, bahkan cenderung berkurang. Artinya masyarakat terdampak di pengungsian ini sebagian sudah menjadi pengungsi mandiri,” kata Suharyanto, seraya mengimbau masyarakat untuk tetap tenang meskipun erupsi masih terjadi.