Tradisi Unik Perang Obor Saat Sedekah Bumi

JEPARA || jatenggayengnews.com – Acara sedekah bumi Desa Tegalsambi Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara, kembali digelar malam ini. Senin, 05/06/2023. Masyarakat berlimpah ruah dari berbagai penjuru Kota maupun Desa guna menyaksikan acara perang obor yang diselenggarakan setiap ada acara sedekah bumi.

Sebelum api obor disulut, Petinggi Tegalsambi Agus Santoso diarak oleh 40 pasukan yang membawa 350 obor. Prosesi ini dimulai dari rumah Petinggi hingga kepusat upacara di perempatan jalan tengah desa. Petinggi mengenakan pakaian adat Jawa dan diapit pawang api juga sesepuh desa.

Selain itu ada prosesi mengarak dua pusaka yaitu dua buah pedang yaitu pedang Gendir dan pedang Gambyong Sari serta sebuah arca, dan sebuah Bedug Dobol, yang dipercayai sebagai warisan Sunan Kalijaga kepada dua kebayan Leger Tegalsambi waktu itu.

Kedua pedang kayu itu konon merupakan serpihan kayu dan potongan reng yang dipakai membangun Masjid Demak. Pusaka ini disimpan oleh Petinggi dan dua Kebayan Leger.

Bayan Leger yang saat ini menyimpan pusaka Gambyong Sari adalah Didik Ahmad Hasyim (41) yang tinggal di Desa Tegalsambi RT 06 / RW 02. Dengan berbekal ijazah sarjana ia menjadi perangkat desa sejak tahun 2013 dengan tugas Kaur Perencanaan. Ayah 3 anak ini mendapat tugas menyimpan pusaka Gambyong Sari sejak tahun 2022.

“Menurut keyakinan masyarakat Tegalsambi secara turun temurun, pusaka ini adalah pusaka penjaga ketentraman desa. Karena itu pusaka yang berbentuk kayi yang konon pemberian Sunan Kalijaga ini saya simpan di ruang khusus. Juga ada laku setiap malam Jumat,” ujar Didik. Pusaka ini dikeluarkan saat sedekah bumi dan saat prosesi Perang Obor.

Sementara bayan kedua yang menyimpan pusaka desa adalah Sakdullah. Pria berusia 47 tahun ini tinggal di Tegalsambi RT 3 RW 1 ini mendapatkan tugas menyimpan pisaka Podang Sari sejak tahun 2017. Ayah dua anak ini menjadi perangkat sejak 2013 dan mendapatkan tugas dari petinggi sebagai Kasi Kesejahteraan/ Kebayan Leger. Pusaka ini sebelumnya dipegang oleh Mawardi, bayan leger yang digantikan.

Untuk menyimpan pusaka ini Sakdullah membuat dalam kamar khusus. Sedangkan setiap malam Jumat melakukan ritual berdoa dengan menyediakan segelas air putih, bakar kemenyan dan bunga. Ia juga mengaku kalau ada kejadian penting, pusaka seakan akan memberi tahu pemegangnya. “Biasanya pada malam hari,” ujarnya.

Wartawan : Malice

Editor        : Lulu