YOGYAKARTA || jatenggayengnews.com – Penanganan stunting menjadi salah satu fokus utama Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Banyak program dilakukan, di antaranya dengan membuat pilot project (percontohan) penanganan stunting menggunakan beras fortifikasi di 253 desa dengan bekerja sama dengan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.
Gubernur mengatakan, keberhasilan pilot project penggunaan beras fortifikasi di Jawa Tengah sudah terlihat. “Dari sampling yang saya lihat, hasilnya lumayan bagus. Jadi, sistem sudah dibuatkan, dan praktek sudah dilaksanakan,” katanya.
Selain dengan UGM, pilot project tersebut menurut Gubernur, juga melibatkan kerja sama dengan beberapa pihak, seperti BUMD, termasuk dengan pemerintah kabupaten/kota.
“Harapan kami, (penanangan) stunting bisa kami keroyok (kolaborasi). Maka kita memastikan ibu-ibu hamil, asupan gizinya harus bagus. Diperiksanya rutin. Sehingga mereka yang berpartisipasi untuk mengawasi ini dapat memberikan catatan-catatan data seakurat mungkin,” jelasnya.
Metode lain untuk menangani persoalan stunting juga terus dikembangkan UGM. Selain itu, kampus lain juga akan didorong agar melakukan penelitian untuk mencari solusi terkait dengan masalah stunting.
“Dulu dari peternakan UGM juga pernah ada telur omega. Yang lain kalau ada, kami dorong. Model “keroyokan” inilah yang kami harapkan nanti, bisa melaksanakan program percepatan penanganan stunting,” pungkasnya.
Terkait perbedaan beras fortifikasi dibandingkan beras biasa, Rektor UGM, Prof Ova Emilia mengatakan, hal itu terletak pada kualitas kandungan gizinya.
“Beras fortifikasi ini merupakan beras yang sudah diolah dengan multivitamin dan mineral tinggi. Bersama Pemprov Jateng dan Bank Jateng, kami menggelar pilot project beras fortifikasi untuk penanganan di 253 desa yang terletak di 5 kabupaten di Jateng,” kata Rektor UGM di Balairung UGM, Kamis (11/5/2023).
Berdasarkan perhitungan elektronik Pencatatan dan Pelaporan Gizi Berbasis Masyarakat (ePPGBM), pada tahun 2018 tingkat stunting di Jawa Tengah 24,4 persen. Setahun kemudian pada 2019 turun menjadi 18,3 persen. Persentase tersebut kembali turun berturut -turut. 14,5 persen di tahun 2020, lalu 12,8 persen di tahun 2021, dan 11,9 persen pada 2022.
Lebih lanjut Rektor UGM menerangkan, saat ini pihaknya telah membuat tim khusus untuk program beras fortifikasi. Tim khusus ini terdiri dari sejumlah pakar dari berbagai disiplin ilmu seperti ilmu di bidang agro, medis, serta sosial humaniora.
“Pilot project kami lakukan pada 500 ibu hamil. Sampai saat ini, sudah dua ton beras fortifikasi dan dua ton beras non fortifikasi yang kami berikan pada ibu hamil di Jateng,” jelasnya.
Wartawan : Malice
Editor : Risa