![](https://www.jatenggayengnews.com/wp-content/uploads/2024/12/1733665119211.jpg)
Kupang||jatenggayengnews.com, 8 Desember 2024 – Museum-museum di Nusa Tenggara Timur (NTT) tengah menghadapi tantangan serius akibat minimnya anggaran, meskipun menampung lebih dari 5.000 koleksi artefak berharga yang mencerminkan sejarah dan kebudayaan lokal. Menanggapi kondisi ini, anggota Komisi X DPR RI, Anita Jacoba Gah, menyatakan komitmennya untuk mendorong revitalisasi museum demi menjaga pelestarian budaya dan pendidikan generasi mendatang.
Menurut Anita, ketimpangan besar antara kebutuhan anggaran dan alokasi yang diberikan pemerintah daerah menjadi salah satu penyebab utama kondisi ini. Data dari Dinas Kebudayaan NTT menunjukkan bahwa banyak koleksi artefak tidak terawat, gedung museum mengalami kerusakan, dan fasilitas pendukung tidak memadai.
Strategi Pendanaan melalui APBN-P
Anita mengusulkan skema anggaran bertahap melalui APBN Perubahan (APBN-P) 2025 sebagai solusi untuk mempercepat revitalisasi. “Karena APBN 2025 sudah terkunci, langkah terbaik adalah memanfaatkan peluang melalui APBN-P,” jelasnya.
Museum sebagai Jembatan Budaya
Jika revitalisasi berhasil, museum-museum di NTT tidak hanya akan menjadi tempat penyimpanan artefak, tetapi juga pusat pendidikan dan pelestarian sejarah. Anita menegaskan bahwa museum memiliki peran strategis dalam memperkuat identitas bangsa. “Museum bukan hanya gedung, tapi jembatan yang menghubungkan generasi muda dengan peradaban dan warisan leluhur mereka. Jika tidak dilestarikan, kita akan kehilangan identitas,” tegasnya.
Harapan Masa Depan
Revitalisasi diharapkan tidak hanya memperbaiki kondisi fisik museum tetapi juga menghidupkan kembali minat masyarakat, khususnya generasi muda, terhadap sejarah dan budaya. Dengan langkah nyata ini, NTT berpotensi menjadi salah satu pusat pelestarian budaya yang berkelas nasional dan internasional.
(Sumber: Dinas Kebudayaan NTT dan Komisi X DPR RI)